Apakah Menelan Ludah Membatalkan Puasa? Ini Kata Ulama NU!
Memasuki bulan Ramadhan, banyak pertanyaan seputar ibadah puasa kembali muncul ke permukaan. Salah satu yang kerap membingungkan umat Muslim adalah apakah menelan ludah dapat membatalkan puasa? Pertanyaan sederhana ini ternyata memiliki jawaban yang cukup kompleks dalam kacamata fikih Islam.
Para ulama dari berbagai mazhab telah sepakat bahwa menelan ludah saat berpuasa tidak membatalkan puasa. Meskipun demikian, ada beberapa kondisi khusus yang perlu diperhatikan agar ibadah puasa tetap sempurna.
Dasar Hukum Menelan Ludah
Mengacu pada paparan dalam kajian Imam an-Nawawi yang tercantum dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, ulama menegaskan bahwa menelan ludah tidak membatalkan puasa. Hal ini disebabkan karena air liur merupakan hasil alami tubuh yang susah untuk dikendalikan secara sempurna. Seperti dijelaskan, “ابتلاع الريق لا يفطر بالاجماع إذا كان على العادة لانه يعسر الاحتراز منه” yang berarti menelan ludah tidak membatalkan puasa jika itu merupakan kebiasaan yang sulit dihindari.
Syarat-Syarat dan Pengecualian
Meski demikian, terdapat tiga syarat utama yang harus dipahami:
- Kondisi Air Liur: Air liur yang tertelan seharusnya murni, tidak tercampur dengan zat lain seperti darah. Misalnya, pada seseorang yang mengalami luka pada gusi dan air liurnya bercampur darah, kondisi tersebut berbeda dan bisa berdampak pada keabsahan puasa.
- Batasan Pengeluaran: Air liur yang tertelan sebaiknya belum keluar dari batas bibir luar, sehingga masih dalam konteks kebiasaan alami.
- Cara Menelan: Menelan ludah secara otomatis, tanpa disengaja menahan dan mengumpulkannya terlebih dahulu, tidak membatalkan puasa. Bahkan jika ludah tersebut tertelan dalam jumlah banyak secara tidak sengaja, ulama tetap memandang puasa tetap sah.
Ludah: Bagian Alami dari Tubuh
Menurut pandangan para ulama, air liur atau ludah merupakan bagian alami dari tubuh manusia yang dihasilkan secara terus-menerus. “Ludah yang terkumpul di dalam mulut dan kemudian ditelan tidak membatalkan puasa karena merupakan sesuatu yang sulit dihindari,” kata Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’.
Pendapat ini dikuatkan oleh Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqh Al-Islami wa Adillatuhu yang menyebutkan bahwa menelan ludah tidak membatalkan puasa karena termasuk sesuatu yang sulit dihindari dan bukan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Kapan Ludah Berpotensi Membatalkan Puasa?
Meski demikian, ada beberapa kondisi ketika ludah bisa berpotensi membatalkan puasa:
- Ketika ludah bercampur dengan benda asing seperti darah dari gusi yang berdarah kemudian ditelan dengan sengaja.
- Jika seseorang mengumpulkan ludah dalam mulut hingga terkumpul banyak, lalu menelannya dengan sengaja. Sebagian ulama berpendapat hal ini makruh (tidak disukai) meskipun tidak sampai membatalkan puasa.
- Jika ludah keluar dari mulut dan mengenai benda lain, kemudian diambil dan ditelan kembali. Dalam kasus ini, ludah tersebut sudah dianggap sebagai benda asing.
Pandangan Nahdlatul Ulama
Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki pandangan serupa. Dalam berbagai kajian fikih, NU menegaskan bahwa menelan ludah adalah hal yang wajar dan tidak membatalkan puasa.
“Menelan ludah saat berpuasa hukumnya tidak membatalkan puasa, karena ludah adalah bagian dari tubuh dan sulit untuk dihindari,” demikian kutipan dari situs resmi NU.
Para ulama NU juga mengingatkan bahwa kekhawatiran berlebihan terhadap hal-hal seperti ini justru dapat mengganggu kekhusyukan ibadah. Yang terpenting adalah menjaga niat dan menjalankan puasa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Jadi, Apakah Menelan Ludah Membatalkan Puasa?
Menelan ludah saat berpuasa adalah hal yang alami dan tidak membatalkan puasa. Namun, umat Muslim tetap dianjurkan untuk berhati-hati dalam kondisi-kondisi khusus seperti yang telah disebutkan di atas.
Yang perlu diingat adalah esensi dari puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga mengendalikan hawa nafsu dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Fokus pada hal-hal yang lebih substantif dalam ibadah puasa akan membuat Ramadhan menjadi bulan yang lebih bermakna dan penuh berkah.
Butuh penulis artikel SEO profesional? Ini rekomendasi kami.
Konsultasi