Presiden Resmikan Perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2025
Setiap tanggal 5 November, hari cinta puspa dan satwa nasional menjadi momen penting bagi kita untuk meningkatkan kesadaran tentang pelestarian flora dan fauna Indonesia. Peringatan yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 ini mengingatkan kita akan kekayaan alam Indonesia yang perlu dilindungi.
Tahun lalu, peringatan cinta puspa dan satwa nasional mengangkat tema “Harmoni Suara dan Aroma Alam Indonesia untuk masa depan berkelanjutan”.
Tema ini sejalan dengan komitmen global untuk merespon krisis perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati yang diadopsi dari Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
Indonesia sendiri telah menetapkan beberapa flora dan fauna sebagai simbol nasional, seperti Komodo sebagai satwa nasional, Melati sebagai puspa bangsa, dan Padma Raksasa sebagai puspa langka.
Dalam artikel ini, kita akan melihat bagaimana Presiden meresmikan perayaan hari cinta puspa dan satwa nasional 2025, mengenal lebih dalam tentang sejarah peringatan ini, dan bagaimana kita semua bisa berpartisipasi untuk mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Mari bersama-sama merayakan keindahan alam negeri kita!
Presiden resmikan perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2025
Pagi hari tanggal 5 November 2025, Presiden Republik Indonesia secara resmi membuka perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional (HCPSN) 2025. Acara ini menjadi momentum tahunan untuk menegaskan komitmen nasional dalam perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia yang semakin terancam.
Acara digelar di mana dan kapan
Perayaan HCPSN 2025 diselenggarakan di Gedung Manggala Wanabakti Blok I lantai 2, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. Pemilihan lokasi ini tidak lepas dari peran sentral Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai penyelenggara utama acara. Tanggal 5 November dipilih sesuai dengan ketetapan resmi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 yang menjadikan tanggal ini sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.
Pernyataan resmi Presiden tentang pelestarian alam
Dalam sambutannya, Presiden menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. “Hutan kita akan kita lestarikan dengan menanam kembali, mereboisasi, tapi saat bersamaan kita akan tanam sesuatu yang produktif yang membantu,” tegas Presiden.
Presiden juga menyoroti bahwa Indonesia memiliki lebih dari 20 persen spesies flora dan fauna dunia dengan sekitar 17 ribu pulau yang menjadi habitat alami mereka. Selanjutnya, beliau mengingatkan bahwa peringatan ini menjadi momentum untuk meningkatkan perlindungan serta pelestarian ekosistem, habitat, populasi, dan mendukung kegiatan penelitian flora dan fauna Indonesia.
Keterlibatan kementerian dan tokoh masyarakat
Acara ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai koordinator utama. Sebagai tambahan, perwakilan dari pemerintah daerah, komunitas konservasi, dan tokoh masyarakat juga turut hadir untuk menyemarakkan perayaan.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menegaskan bahwa perayaan HCPSN 2025 bertujuan untuk menumbuhkan kepedulian serta rasa cinta terhadap satwa dan bunga, baik secara umum maupun terhadap jenis yang menjadi simbol nasional. Sementara itu, pemerintah daerah juga menunjukkan dukungannya, seperti yang pernah dilakukan di Kota Bekasi dengan membagikan bibit pohon kepada masyarakat sebagai upaya untuk melestarikan kekayaan hayati.
Melalui perayaan ini, pemerintah mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam melindungi keanekaragaman hayati Indonesia yang kini menghadapi ancaman serius akibat eksploitasi berlebihan, perburuan liar, hilangnya habitat, serta pencemaran lingkungan.
Apa sejarah Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional?
Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional memiliki akar sejarah yang penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Peringatan ini pertama kali dicetuskan oleh Presiden kedua Republik Indonesia, Soeharto.
Latar belakang Keppres No. 4 Tahun 1993
Pada tanggal 9 Januari 1993, Presiden Soeharto secara resmi menandatangani Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993 tentang Satwa dan Bunga Nasional. Dokumen penting ini menjadi landasan hukum pertama yang mengukuhkan simbol-simbol flora dan fauna Indonesia. Selanjutnya, pada tanggal 10 Januari 1993, dalam Upacara Pencanangan Tahun Lingkungan Hidup di Jakarta, Presiden Soeharto mengumumkan penetapan tanggal 5 November sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional.
Keputusan ini didasari pemikiran bahwa Indonesia telah dikaruniai beragam jenis fauna dan flora yang bersifat khas dalam khasanah dunia, baik karena keberadaannya yang hanya terdapat di Indonesia maupun karena kelangkaannya.
Tujuan awal penetapan HCPSN
Pada dasarnya, penetapan hari peringatan ini memiliki beberapa tujuan utama. Pertama, untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap keanekaragaman flora dan fauna alam Indonesia. Kedua, untuk membangkitkan kepedulian terhadap perlindungan dan pelestarian ekosistem serta habitat asli.
Selain itu, HCPSN juga bertujuan mewujudkan kepedulian dan rasa cinta terhadap satwa dan bunga di seluruh lapisan masyarakat, sekaligus mendorong upaya penelitian dan pengembangan satwa dan bunga nasional.
Simbol flora dan fauna nasional yang ditetapkan
Melalui Keppres tersebut, pemerintah menetapkan tiga jenis satwa dan tiga jenis bunga sebagai simbol nasional:
Puspa Nasional:
- Melati (Jasminum sambac) sebagai Puspa Bangsa
- Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis) sebagai Puspa Pesona
- Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai Puspa Langka
Satwa Nasional:
- Komodo (Varanus komodoensis) sebagai Satwa Nasional
- Ikan Siluk Merah (Sclerophages formosus) sebagai Satwa Pesona
- Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) sebagai Satwa Langka
Menurut catatan dari WWF, penetapan HCPSN dinilai positif karena dianggap momen yang baik untuk menumbuhkan kesadaran terhadap pemeliharaan puspa dan satwa tanah air.
Apa tema dan maskot Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2025?
Peringatan hari cinta puspa dan satwa nasional tahun ini mengusung visi baru untuk pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia yang semakin terancam. Kali ini, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengajak masyarakat untuk lebih aktif berpartisipasi dalam upaya penyelamatan flora dan fauna asli nusantara.
Tema resmi HCPSN 2025 dan maknanya
Untuk tahun 2025, hari cinta puspa dan satwa nasional mengangkat tema “Pulihkan Keanekaragaman Hayati, Lestarikan Kehidupan Bumi”. Tema ini menyoroti urgensi pemulihan ekosistem dan perlindungan spesies yang terancam punah. Fokus utamanya adalah mengajak seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak sekolah hingga orang dewasa, untuk melakukan tindakan nyata dalam menjaga kekayaan hayati Indonesia.
Tema ini sangat relevan mengingat Indonesia memiliki ribuan spesies unik yang banyak di antaranya terancam oleh perubahan iklim dan kegiatan manusia. Pemilihan tema juga sejalan dengan komitmen global untuk merespon krisis perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati yang diadopsi dari Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework.
Maskot puspa: spesies dan alasan pemilihan
Setiap tahun, HCPSN selalu menghadirkan maskot puspa yang berbeda. Untuk tahun 2024, maskot puspa yang dipilih adalah Anggrek Hantu Torricelli (Didymoplexis torricellensis). Jenis anggrek ini dipilih karena telah ditemukan kembali setelah lebih dari satu abad tidak terlihat dan sebelumnya hanya ditemukan satu kali pada tahun 1909.
Pemilihan maskot puspa biasanya didasarkan pada keunikan, status konservasi, atau nilai penting dari spesies tersebut bagi ekosistem Indonesia. Untuk tahun 2025, pemerintah diperkirakan akan melanjutkan tradisi ini dengan memilih spesies tumbuhan yang memiliki nilai penting bagi upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.
Maskot satwa: spesies dan ancaman yang dihadapi
Sementara itu, untuk maskot satwa, pola pemilihan juga mempertimbangkan aspek kelangkaan dan ancaman yang dihadapi spesies tersebut. Pada HCPSN 2024, Burung Cica Daun Besar (Chloropsis sonnerati) dipilih sebagai maskot satwa karena memiliki kicauan yang merdu dan bervariasi.
Keindahan kicauannya membuat burung ini populer dan menghadapi tingginya intensitas perburuan ilegal. Dengan dijadikannya maskot HCPSN, diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kelestarian jenis burung ini di habitat alaminya.
Penetapan maskot satwa dan puspa menjadi cara efektif untuk memusatkan perhatian publik pada spesies-spesies tertentu yang membutuhkan perlindungan khusus, sekaligus mengedukasi masyarakat tentang kekayaan hayati Indonesia yang perlu dijaga bersama.
Bagaimana masyarakat bisa berpartisipasi dalam HCPSN 2025?
Peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional tidak harus dilakukan secara besar-besaran. Masyarakat dapat berpartisipasi melalui langkah-langkah kecil yang berdampak besar untuk lingkungan.
Kampanye digital dan media sosial
Dalam rangka menyebarkan pesan cinta lingkungan, masyarakat bisa membuat poster flora dan fauna favorit untuk dibagikan di media sosial dengan hashtag #HariCintaPuspaSatwa. Selain itu, kampanye anti-plastik secara daring juga menjadi cara efektif untuk meningkatkan kesadaran publik terhadap ancaman yang dihadapi keanekaragaman hayati Indonesia.
Kegiatan edukatif di sekolah dan komunitas
Diskusi di sekolah tentang pentingnya menjaga kelestarian puspa dan satwa dapat menumbuhkan kesadaran sejak dini. Beberapa sekolah, seperti MTsN 4 Kebumen, bahkan menyelenggarakan aksi tanam bunga di lingkungan sekolah, lomba fotografi bertema flora dan fauna, serta kampanye pelestarian satwa liar melalui poster dan presentasi siswa.
Aksi tanam pohon dan bersih lingkungan
Kabupaten Kapuas menggelar aksi kebersihan dan tanam pohon sebagai bagian dari program “Kapuas Bersih dan Hijau”. Sementara itu, Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar menanam puluhan pohon ketapang kencana di kawasan TPS 3R Untia. Masyarakat juga bisa:
- Menanam melati atau anggrek di halaman rumah
- Berpartisipasi dalam kerja bakti lingkungan
- Mendukung produk ramah lingkungan
Kunjungan ke taman nasional dan kebun binatang
Mengunjungi taman nasional atau kebun binatang konservatif merupakan cara edukatif untuk menumbuhkan kepedulian terhadap satwa dan lingkungan. Melalui kunjungan ini, masyarakat dapat melihat langsung komodo atau elang di habitat aslinya sambil tetap menjaga jarak agar tidak mengganggu mereka.
Kesimpulan
Keanekaragaman hayati Indonesia merupakan aset berharga yang membutuhkan perlindungan dan perhatian kita semua. Perayaan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2025 dengan tema “Pulihkan Keanekaragaman Hayati, Lestarikan Kehidupan Bumi” menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali komitmen kita terhadap pelestarian alam. Sejak ditetapkan melalui Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1993, peringatan ini telah menjadi sarana edukatif yang mengingatkan betapa kayanya negeri kita akan flora dan fauna unik.
Presiden telah menekankan pentingnya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Undoubtedly, pesan ini harus kita jadikan pedoman dalam setiap aktivitas sehari-hari. Penetapan simbol-simbol nasional seperti Komodo, Melati, dan Padma Raksasa bukan sekadar formalitas, namun pengingat akan tanggung jawab kita untuk menjaga kekayaan hayati ini.
Namun, upaya pelestarian bukan hanya tugas pemerintah. Kita semua bisa berpartisipasi aktif melalui berbagai kegiatan sederhana seperti menanam pohon, membersihkan lingkungan, atau sekadar membagikan informasi melalui media sosial. Additionally, mengunjungi taman nasional atau kebun binatang juga dapat menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap satwa dan flora Indonesia.
Oleh karena itu, mari jadikan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional 2025 sebagai titik balik kesadaran kolektif kita. Kelangsungan hidup spesies flora dan fauna Indonesia berada di tangan kita semua. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, kita bisa membuat perbedaan besar bagi pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. Pada akhirnya, menjaga alam bukan sekadar tugas, tetapi bentuk cinta kita kepada tanah air tercinta.
Penulis artikel SEO:
Konsultasi




